Kyai Bonto: Pusaka Sakral Peninggalan Kerajaan Mataram dan Kepercayaan Masyarakat Dusun Pakel Desa Kebonsari Kademangan - LPM BHANU TIRTA

Thursday, 19 September 2024

Kyai Bonto: Pusaka Sakral Peninggalan Kerajaan Mataram dan Kepercayaan Masyarakat Dusun Pakel Desa Kebonsari Kademangan

 

(Foto: Kegiatan siraman pusaka kyai Bonto)

Persma Bhanu Tirta - Zaman era modern yang serba digital, sebuah tradisi kuno masih bertahan di Dusun Pakel, Desa Kebonsari Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. 

Siraman Kyai Bonto, sebuah pusaka berupa wayang krucil, menjadi ritual tahunan yang tak lekang oleh waktu, mencerminkan kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap warisan leluhur.

Alex tjahjono selaku cucu dari juru kunci mengungkapkan bahwa Kyai Bonto, konon merupakan pusaka peninggalan Kerajaan Mataram islam. 

Pusaka Kyai Bonto telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Dusun Pakel selama berabad-abad. 

Acara ritual siraman Kyai Bonto diadakan pada Selasa (17/09/2024). Kegiatan ini dimulai pukul 09.00 pagi sampai selesai. 

Kegiatan yang dilaksanakan terlebih dahulu adalah pemandian pusaka, kemudian dilanjutkan dengan membagikan tumpeng hasil bumi dan kenduri. 

Ritual siraman Kyai Bonto dilaksanakan setiap tahun, pada tanggal 12 maulud dalam penanggalan Jawa atau 12 Rabiul awal dalam kalender islam. 

Acara ini digelar bebarengan dengan siraman gong Kyai pradah di sutojayan. 

"Kyai Bonto dan Kyai pradah punya hubungan dalam sejarahnya karna sama sama dari mataram yang di bawa pangeran prabu", ungkap Alex.

Kegiatan siraman Kyai Bonto di lakukan di area petilasan, dengan di hadiri Ratusan warga yang berkumpul untuk menyaksikan prosesi sakral ini. 

Acara ini mempunyai aura mistis dan banyak masyarakat percaya bahwa air bekas siraman wayang tersebut membawa berkah. 

Air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan penyakit, mendatangkan rezeki, menjaga awet muda, serta membantu para bujangan menemukan jodohnya

Kepercayaan terhadap kekuatan Kyai Bonto begitu mengakar dalam masyarakat Dusun Pakel. Banyak warga yang meyakini bahwa pusaka tersebut memiliki kekuatan supranatural.

Menurut kepercayaan warga setempat pusaka Kyai Bonto tidak boleh di mandikan setelah siang hari (bedug).

 "Dulu pernah terjadi hujan deras saat akan di lakukan siraman Kyai Bonto jadi acara siraman di lakukan siang hari setelah hujan reda. Tapi saat dilakukan siraman panggung tempat siraman terjadi amblas. Dan masyarakat percaya itu pertanda buruk dari siraman yang di lakukan setelah bedug", ungkap Alex saat wawancara dikediaman kakeknya.

Keberadaan Kyai Bonto menjadi perekat sosial bagi masyarakat Dusun Pakel. 

Ritual siraman tahunan tidak hanya menjadi momen sakral, tetapi juga ajang silaturahmi dan gotong royong warga.

Fenomena Kyai Bonto di Dusun Pakel menjadi potret menarik tentang bagaimana kepercayaan tradisional masih bertahan di tengah arus modernisasi. 

Ia menjadi pengingat bahwa dalam masyarakat Indonesia, mistis dan logis, tradisional maupun modern, seringkali berjalan beriringan, membentuk mozaik budaya yang unik serta kekayaan keragaman. 


Penulis: Najib Zam Zami 

Editor: Aris Fadillah 


Comments


EmoticonEmoticon